WELCOME TO BEENHASYIM.COM | Sarana Menuntut Ilmu Syar'i | Dengan Berilmu Sebelum Berkata dan Sebelum Beramal | website : www.beenhasyim.blogspot.com |
Layanan ini dapat anda manfaatkan sebagai media untuk mengirim SMS secara GRATIS dari komputer Anda ke semua telepon seluler di Indonesia.

Jumat, 28 Januari 2011

TUJUH GOLONGAN YANG MENDAPAT NAUNGAN ALLAH

Sebagai muslim yang baik, kita tidak hanya percaya akan adanya kehidupan akhirat, sebagai konsekuensinya, kitapun harus mempersiapkan diri dalam kehidupan di dunia ini agar mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat nanti, salah satunya adalah untuk memperoleh perlindungan dari Allah swt yang pada saat itu hanya perlindungan-Nya yang harus kita dapatkan.

Namun, Allah swt ternyata tidak memberikan perlindungan kepada setiap orang, hanya orang-orang tertentu yang akan dilindungi-Nya. Dalam suatu hadits, Rasulullah saw mengemukakan orang-orang yang akan mendapatkan perlindungan-Nya.

Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah

Kamis, 27 Januari 2011

Seorang Wanita yang Bertaubat

Dosa besar yang telah ia perbuat, mengantarkannya pada sebuah pertaubatan yang agung. Ia dirajam di kota Madinah. Taubatnya setara dengan taubat 70 warga Madinah. Bahkan, Rasul pun mensholatkannya. Jangan ragu untuk bertaubat.
Imran bin al-Husain al-Khunza radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwa ada seorang wanita dari Juhainah yang datang kepada Rasulullah Shollallahu alayhi wa Sallam falam keadaan hamil karena berzina. Ia berkata, “Wahai Rasulullah! Aku telah melanggar batas. Maka tegakkanlah hukum terhadapku.” Kemudian Nabi memanggil salah seorang walinya agar memperlakukannya dengan baik. Beliau berkata, “Perlakukan dia dengan baik. Jika ia telah melahirkan maka bawalah dia kepadaku.” Maka ia melakukannya. Nabi pun memerintahkan untuk menghadirkan wanita tersebut. Lalu bajunya diikatkan pada tubuhnya. Lalu beliau memerintahkan agar wanita itu dirajam. Lalu Rasulullah menshalatkannya. Umar radhiallahu ‘anhu berkata kepadanya, “Apakah engkau menshalatkan dia wahai Rasulullah? Sedangkan ia telah berbuat zina?” Rasulullah bersabda, “Ia telah melakukan taubat dengan taubat yang apabila dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, niscaya merea semua akan mendapatkan bagian. Apakah engkau mendapatkan keadaan yang lebih baik daripada ia yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah?” (HR. Muslim)


Kamis, 20 Januari 2011

Nasehat Untuk Remaja Muslim

Nasehat Untuk Remaja Muslim


Kami persembahkan nasehat ini untuk saudara-saudara kami terkhusus para pemuda dan remaja muslim. Mudah-mudahan nasehat ini dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim, agar mereka merasa bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan perkara yang bisa melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya, agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi.

Jika Kalian Bisa Menjamin, Maka Akan Saya Ikuti ...


Jika Kalian Bisa Menjamin, Maka Akan Saya Ikuti
Jika kalian bisa menjamin
Menabuh dendang pada maulid nabi
Melantunkan sajak bermaksud pujian pada baginda
adalah tiket masuk menuju surga
Maka saya akan ikuti
Tapi saya tertahan, karena baginda nabi bersabda,"
“Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini (Islam), dengan apa-apa yang tidak ada padanya maka itu tertolak.” (*)

dan Sang Pengutusnya berfirman:

Rabu, 19 Januari 2011

Dimanakah Posisi Makmum Ketika Sendiri ?

Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat



Pertanyaan diatas perlu sekali kita jawab dengan jelas dan betul dengan mengambil keterangan dan contoh dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dimanakah sebenarnya tempat berdiri ma'mum apabila seorang atau sendiri.? Apakah dibelakang Imam atau seharusnya sejajar dengan Imam .? Dengan kita melakukan penyelidikan untuk mengetahui contoh yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dapatlah nantinya kita beramal sesuai yang dikehendaki oleh agama kita. Maka dibawah ini saya akan turunkan dalil-dalil yang tegas dan terang yang menunjukan tempat berdiri ma'mum kalau seorang


Dalil Pertama

Kewajiban Pertama Seorang Muslim

Soal
Apa kewajiban pertama bagi seorang hamba?



Jawab
Kewajiban pertama bagi seorang hamba adalah mengetahui tujuan dia diciptakan oleh Allah, perjanjian yang telah Allah ikatkan pada dirinya, tujuan di utusnya para Rasul kepada umat manusia, tujuan diturunkannya Kitab-kitab suci kepada mereka, tujuan diciptakannya dunia dan akhirat, Jannah dan Naar. Karena tujuan itulah Kiamat ditegakkan. Karena tujuan itulah Mizan atau timbangan ditegakkan, catatan amal perbuatan para hamba bertrbangan. Karena tujuan itulah, muncul kebahagiaan dan kesengsaraan, seseuai dengan cahaya yang diberikan oleh Allah kepada masing-masing hamba. Allah berfirman:

Selasa, 18 Januari 2011

Mengenal Jalan Hidup Golongan yang Selamat


Para pembaca semoga rahmat Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa tercurahkan kepada kita semua. Judul di atas sangat terkait dengan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang akan terjadi perselisihan yang banyak setelah meninggalnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam sabdanya:
“Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku (ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, red) dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, sedangkan setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih).

Jumat, 14 Januari 2011

5 KIAT BENAR MEMAHAMI ISLAM

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Kajian kita kali ini adalah membahas tentang “5 Kiat Benar Memahami Islam”. Kelima kiat tersebut hendaknya menjadi landasan bagi kita sebagai Ahlus Sunnah Wal Jama’ah agar mempunyai pemahaman yang benar terhadap Dienul Islaam ini, menjadi filter (penyaring) apalagi ditengah begitu maraknya kesesatan dan kebid’ahan yang begitu gencar dipromosikan oleh musuh-musuh Al Islaam di zaman sekarang. Dengan memiliki pemahaman yang benar, semoga semakin mengokohkan keyakinan dan memantapkan keimanan kita terhadap Allooh سبحانه وتعالى, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan Syari’at-Nya. Adapun kelima kiat tersebut adalah:
I. Pasrah terhadap “Nash” (Wahyu) yang berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah
Sumber ‘Ilmu itu ada dua, yakni:

Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita!

Kalau ada seorang penceramah berkata di atas mimbar: “Sungguh perbuatan syirik dan pelanggaran tauhid sering terjadi dan banyak tersebar di masyarakat kita!”, mungkin orang-orang akan keheranan dan bertanya-tanya: “Benarkah itu sering terjadi? Mana buktinya?”.
Tapi kalau berita ini bersumber dari firman Allah Ta’ala dalam al-Qur’an, masihkah ada yang meragukan kebenarannya? Allah Ta’ala berfirman,
{وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ}
Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain)” (QS Yusuf:106).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan arti ayat ini: “Kalau ditanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit? Siapakah yang menciptakan bumi? Siapakah yang menciptakan gunung? Maka mereka akan menjawab: “Allah (yang menciptakan semua itu)”, (tapi bersamaan dengan itu) mereka mempersekutukan Allah (dengan beribadah dan menyembah kepada selain-Nya)[1].
Semakna dengan ayat di atas Allah Ta’ala juga berfirman,
{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}
Dan sebagian besar manusia tidak beriman (dengan iman yang benar) walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS Yusuf:103).
Artinya: Mayoritas manusia walaupun kamu sangat menginginkan dan bersunguh-sungguh untuk (menyampaikan) petunjuk (Allah), mereka tidak akan beriman kepada Allah (dengan iman yang benar), karena mereka memegang teguh (keyakinan) kafir (dan syirik) yang merupakan agama (warisan) nenek moyang mereka[2].

Tawasul Syar’i vs Tawasul Syirik

Tawasul artinya mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, mengikuti petunjuk rasul-Nya, dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhoi-Nya. Atau dengan kata lain seseorang melakukan suatu ibadah dengan maksud mendapatkan keridhaan Allah dan surga-Nya. Namun, sebagian kaum muslimin salah dalam memahami tawasul. Mereka bertawasul dengan orang-orang shalih dan wali yang sudah mati. Inilah yang mereka anggap sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah. Padahal hal tersebut dapat menjerumuskan mereka ke lembah kesyirikan.
Tawasul yang Diperbolehkan
Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah. Perlu diketahui bahwa tawasul dibagi menjadi dua yaitu tawasul syar’i dan tawasul bid’i. Tawasul syar’i adalah tawasul yang ditetapkan oleh syariat, yakni yang memiliki dalil dari Al Qur’an dan Hadits Nabawi. Maksudnya mengambil wasilah (perantara) untuk terkabulnya doa, yakni seseorang yang berdoa  mengambil sebab-sebab yang dapat menjadikan terkabulnya doa. Sedangkan tawasul bid’i adalah tawasul yang tidak terdapat dalil yang membolehkannya, bahkan di antaranya merupakan

Rabu, 12 Januari 2011

MEMBONGKAR KESESATAN SYI'AH

Serupa tapi tak sama. Barangkali ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syi’ah. Secara fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah. Namun jika ditelusuri -terutama dari sisi aqidah- perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga, tidak mungkin disatukan.

Apa Itu Syi’ah?
Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Al-Awaji)
Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu